Doa Ketika Pesimis
Doa Penawar Rasa Pesimis dan Merasa Sial
اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
Allaahumma Laa Khaira Illaa Khairuka, wa Laa Thaira Illaa Thairuka, wa Laa Ilaaha Ghairuka
“Ya
Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang berasal dari-Mu dan
tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu (yang telah
Engkau tetapkan), dan tidak ada tuhan selain Engkau.” (Hadits shahih,
riwayat Ahmad)
Dasar Hadits
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa tebusan bagi hal itu?” Beliau bersabda, “Hendaknya salah seorang mereka membaca,
اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Ya
Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang berasal dari-Mu dan
tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu (yang telah
Engkau tetapkan), dan tidak ada tuhan selain Engkau.” (HR. Ahmad: 2/220, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma. Dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Ta’liq Musnad Ahmad no. 7045)
Apa itu Thiyarah?
Istilah Thiyarah atau Tathayyur berasal dari kata thair (burung).
Karena bangsa Arab dahulu terbiasa meramal keberuntungan dan kesialan
melalui burung dengan cara melepas burung. Jika ia terbang ke kanan,
maka mereka bersemangat melanjutkan perjalan dan optimis mendapatkan
kebaikan. Sebaliknya, jika terbang ke kiri, mereka menganggap akan
datang kesialan dan sehingga mengagalkan rencananya.
Thiyarah
atau tathayyur adalah anggapan sial karena melihat atau mendengar
sesuatu, ataupun karena sesuatu yang sudah maklum, seperti menikahkan
pada bulan Suro akan mendatangkan kesialan dan semisalnya. Dalam
pengertian istilah ini, tathayur tidak hanya dengan isyarat burung saja.
Thiyarah atau tathayyur adalah anggapan sial karena melihat atau mendengar sesuatu, ataupun karena sesuatu yang sudah maklum, seperti menikahkan pada bulan Suro akan mendatangkan kesialan. . .
Thiyarah
termasuk adat jahiliyah. Mereka menyandarkan nasib baik dan buruk
kepada burung, kijang atau objek tathayyur lainnya. Sehingga mereka
memutus rasa tawakkalnya kepada Allah Ta’ala dan bersandar kepada
selain-Nya. Ini merupakan kesyirikan yang mengurangi kesempurnaan
tauhid. Kemudian syariat yang hanif ini membatalkannya. Syariat
mengingkari semua bentuk tathayyur dan pengaruhnya dalam mendatangkan
kebaikan dan keburukan bagi seseorang.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menegaskan berulang kali dalam hadits-haditsnya yang meniadakan pengaruh thiyarah, “Tidak ada thiyarah.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tujuh
puluh ribu orang dari umatku akan masuk jannah tanpa hisab. Mereka
adalah orang-orang yang tidak meminta diobati dengan cara Kay, tidak
meminta diruqyah, dan tidak bertathayyur. Sedangkan hanya kepada
Allah-lah mereka bertawakkal.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Abbas)
Bahkan dalam hadits dari Ibnu Mas’ud secara marfu’, bahwa thiyarah bagian dari kesyirikan,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik
–sebanyak tiga kali-.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad
dan lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah
Shahihah, no. 429)
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)
Fungsi dan Manfaat Doa
Dalam
kehidupan kita banyak keyakinan-keyakinan batil yang tersebar di
masyarakat. Misalnya, ketika seorang muslim merencanakan safar, lalu
sebelum berangkat ada burung gagak yang terbang dan suaranya yang
berkoar-koar. Kemudian dia merasa akan datang musibah dan kesialan,
sehingga dia menggagalkan rencananya atau tetap menjalankan rencananya
dengan penuh kekhawatiran.
Merasa
sial karena mendengar suara burung gagak di atas disebut tathayur
(merasa sial/pesimis). Dan ini berlaku terhadap semua benda atau suara
yang dijadikan sebagai objek tathayyur, misalnya melihat seorang buta
ketika akan berdagang yang lalu muncul anggapan akan merugi dan
semisalnya.
Keyakinan
semacam ini termasuk perbuatan syirik yang menghilangkan kesempurnaan
tauhid. Karena seseorang yang bertathayur telah memutus rasa tawakkalnya
kepada Allah dan bersandar kepada selainnya. Juga, orang yang
bertathayyur bergantung kepada sesuatu yang tidak jelas, bahkan hanya
angan-angan dan hayalan yang tidak memiliki kaitan antara sebab dan
akibat, baik langsung atau tidak. Orang yang berkeyakinan seperti ini,
telah menciderai tauhidnya, karena tauhid adalah ibadah dan isti’anah
(meminta pertolongan) kepada Allah semata. Sedangkan orang yang
bertathayur akan mengagalkan rencananya tadi karena thiyarah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)
Dikabarkan
oleh Ibnu Mas’ud bahwa perasaan thiyarah (merasa sial/pesimis karena
melihat atau mendengar sesuatu) sering hadir pada diri kita, tak
seorangpun dari kita yang kecuali pernah terbersit thatayyur dalam
hatinya. Bagi orang yang lemah iman, maka dia akan menggagalkan rencana
dan hajatnya tersebut. Atau yang lebih ringan, dia tetap menjalankan
tapi dengan dihantui rasa takut, khawati, dan was-was.
TATHAYYUR termasuk perbuatan syirik yang menghilangkan kesempurnaan tauhid.Karena seseorang yang bertathayur telah memutus rasa tawakkalnya kepada Allah dan bersandar kepada selainnya.
Sedangkan
cara untuk mengatasi rasa pesimis dan merasa sial tadi adalah dengan
bertawakkal kepada Allah dengan tetap menjalankan rencana baiknya. Ibnu
Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata,
وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Dan tidaklah salah seorang kita kecuali (terbersit thatayyur dalam hatinya) tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal.” (HR. Abu Dawud dan lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, no. 429)
Dan salah satu cara untuk menangkal thatayyur –sebagaimana yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah- dengan membaca doa di atas yang berisi tawakkal kepada Allah dan berharap kebaikan dari-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, “Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia
telah berbuat syirik.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa tebusan bagi hal
itu?” Beliau bersabda, “Hendaknya salah seorang mereka membaca,
اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Ya
Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang berasal dari-Mu dan
tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu (yang telah
Engkau tetapkan), dan tidak ada tuhan selain Engkau.” (HR. Ahmad: 2/220, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma. Dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Ta’liq Musnad Ahmad no. 7045)
cara
untuk mengatasi rasa pesimis dan merasa sial karen tathayyur adalah
dengan bertawakkal kepada Allah dengan tetap menjalankan rencana
baiknya dan berdoa dengan doa di atas.
Kandungan Doa
1. Doa
di atas mengajarkan agar hati senantiasa bergantung kepada Allah dalam
meraih manfaat dan menolak keburukan. Dan inilah tauhid yang sebenarnya.
Jika demikan, maka thiyarah yang terbersit dalam hati seorang hamba
tidak membahayakannya. Hal itu karena dia tidak mempercayainya sehingga
tetap melaksanakan rencana/niat baiknya sambil menguatkan tawakkalnya
kepada Allah dan berpaling dari selain-Nya, salah satunya dengan membaca
doa di atas.
Sesunguhnya
thiyarah bisa menyebabkan kerugian dan yang dikhawatirkan benar terjadi
karena persangka buruknya. Hal itu diakibatkan karena tidak murni dan
tidak benar tawakkalnya kepada Allah, dan karena menuruti
bisikan-bisikan syetan.
2. Bahwa Allah semata yang mendatangkan kebaikan bagi hamba dengan iradah (keinginan) dan masyi’ah
(kehendak)-Nya. Begitu juga Allah semata yang kuasa menangkal keburukan
dan kesialan dari hamba dengan kuasa dan kebaikan-Nya. Karena tidak ada
kebaikan kecuali itu berasal dari-Nya.
3.Jika
ada keburukan yang menimpa hamba, maka hakikatnya keburukan itu berasal
dari-Nya, hanya saja itu disebabkan oleh tingkah laku dan kemaksiatannya
sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. Al-Nisa’: 79)
4. Doa di atas mengajarkan bahwa semua kebaikan ada di tangan Allah sehingga hanya kepada-Nya kita meminta dan bertawakkal.
[PurWD/voa-islam.com]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/doa/2010/12/28/12529/doa-penawar-rasa-pesimis-dan-merasa-sial/;#sthash.TkFHdDUO.dpuf
اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا
خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
Allaahumma Laa Khaira Illaa Khairuka, wa Laa Thaira
Illaa Thairuka, wa Laa Ilaaha Ghairuka
“Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang
berasal dari-Mu dan tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu
(yang telah Engkau tetapkan), dan tidak ada tuhan selain Engkau.” (Hadits
shahih, riwayat Ahmad)
Dasar Hadits
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
'anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ
حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah,
maka ia telah berbuat syirik.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa tebusan
bagi hal itu?” Beliau bersabda, “Hendaknya salah seorang mereka membaca,
اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا
خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang
berasal dari-Mu dan tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu
(yang telah Engkau tetapkan), dan tidak ada tuhan selain Engkau.” (HR.
Ahmad: 2/220, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma. Dishahihkan
oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Ta’liq Musnad Ahmad no. 7045)
Apa itu Thiyarah?
Istilah Thiyarah atau Tathayyur berasal dari kata thair
(burung). Karena bangsa Arab dahulu terbiasa meramal keberuntungan dan
kesialan melalui burung dengan cara melepas burung. Jika ia terbang ke kanan,
maka mereka bersemangat melanjutkan perjalan dan optimis mendapatkan kebaikan.
Sebaliknya, jika terbang ke kiri, mereka menganggap akan datang kesialan dan
sehingga mengagalkan rencananya.
Thiyarah atau tathayyur adalah anggapan sial karena
melihat atau mendengar sesuatu, ataupun karena sesuatu yang sudah maklum,
seperti menikahkan pada bulan Suro akan mendatangkan kesialan dan semisalnya.
Dalam pengertian istilah ini, tathayur tidak hanya dengan isyarat burung saja.
Thiyarah atau tathayyur adalah anggapan sial
karena melihat atau mendengar sesuatu, ataupun karena sesuatu yang sudah
maklum, seperti menikahkan pada bulan Suro akan mendatangkan kesialan. . .
Thiyarah termasuk adat jahiliyah. Mereka menyandarkan
nasib baik dan buruk kepada burung, kijang atau objek tathayyur lainnya.
Sehingga mereka memutus rasa tawakkalnya kepada Allah Ta’ala dan bersandar
kepada selain-Nya. Ini merupakan kesyirikan yang mengurangi kesempurnaan
tauhid. Kemudian syariat yang hanif ini membatalkannya. Syariat mengingkari
semua bentuk tathayyur dan pengaruhnya dalam mendatangkan kebaikan dan
keburukan bagi seseorang.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
menegaskan berulang kali dalam hadits-haditsnya yang meniadakan pengaruh
thiyarah, “Tidak ada thiyarah.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, “Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk jannah tanpa hisab.
Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diobati dengan cara Kay, tidak
meminta diruqyah, dan tidak bertathayyur. Sedangkan hanya kepada Allah-lah
mereka bertawakkal.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Abbas)
Bahkan dalam hadits dari Ibnu Mas’ud secara marfu’,
bahwa thiyarah bagian dari kesyirikan,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ
شِرْكٌ
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik
–sebanyak tiga kali-.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan
lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, no.
429)
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
'anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ
حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah,
maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)
Fungsi dan Manfaat Doa
Dalam kehidupan kita banyak keyakinan-keyakinan batil
yang tersebar di masyarakat. Misalnya, ketika seorang muslim merencanakan
safar, lalu sebelum berangkat ada burung gagak yang terbang dan suaranya yang
berkoar-koar. Kemudian dia merasa akan datang musibah dan kesialan, sehingga
dia menggagalkan rencananya atau tetap menjalankan rencananya dengan penuh
kekhawatiran.
Merasa sial karena mendengar suara burung gagak di
atas disebut tathayur (merasa sial/pesimis). Dan ini berlaku terhadap semua
benda atau suara yang dijadikan sebagai objek tathayyur, misalnya melihat
seorang buta ketika akan berdagang yang lalu muncul anggapan akan merugi dan
semisalnya.
Keyakinan semacam ini termasuk perbuatan syirik yang
menghilangkan kesempurnaan tauhid. Karena seseorang yang bertathayur telah
memutus rasa tawakkalnya kepada Allah dan bersandar kepada selainnya. Juga,
orang yang bertathayyur bergantung kepada sesuatu yang tidak jelas, bahkan
hanya angan-angan dan hayalan yang tidak memiliki kaitan antara sebab dan
akibat, baik langsung atau tidak. Orang yang berkeyakinan seperti ini, telah
menciderai tauhidnya, karena tauhid adalah ibadah dan isti’anah (meminta
pertolongan) kepada Allah semata. Sedangkan orang yang bertathayur akan
mengagalkan rencananya tadi karena thiyarah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ
حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah,
maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)
Dikabarkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa perasaan thiyarah
(merasa sial/pesimis karena melihat atau mendengar sesuatu) sering hadir pada
diri kita, tak seorangpun dari kita yang kecuali pernah terbersit thatayyur
dalam hatinya. Bagi orang yang lemah iman, maka dia akan menggagalkan rencana
dan hajatnya tersebut. Atau yang lebih ringan, dia tetap menjalankan tapi
dengan dihantui rasa takut, khawati, dan was-was.
TATHAYYUR termasuk perbuatan syirik yang
menghilangkan kesempurnaan tauhid.
Karena seseorang yang bertathayur telah
memutus rasa tawakkalnya kepada Allah dan bersandar kepada selainnya.
Sedangkan cara untuk mengatasi rasa pesimis dan merasa
sial tadi adalah dengan bertawakkal kepada Allah dengan tetap menjalankan
rencana baiknya. Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata,
وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ
اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Dan tidaklah salah seorang kita kecuali (terbersit
thatayyur dalam hatinya) tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal.”
(HR. Abu Dawud dan lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Silsilah Shahihah, no. 429)
Dan salah satu cara untuk menangkal thatayyur
–sebagaimana yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah-
dengan membaca doa di atas yang berisi tawakkal kepada Allah dan berharap
kebaikan dari-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, “Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah
berbuat syirik.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa tebusan bagi hal itu?” Beliau
bersabda, “Hendaknya salah seorang mereka membaca,
اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا
خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang
berasal dari-Mu dan tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu
(yang telah Engkau tetapkan), dan tidak ada tuhan selain Engkau.” (HR.
Ahmad: 2/220, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma. Dishahihkan
oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Ta’liq Musnad Ahmad no. 7045)
cara untuk mengatasi rasa pesimis dan merasa
sial karen tathayyur adalah dengan bertawakkal kepada Allah dengan tetap
menjalankan rencana baiknya dan berdoa dengan doa di atas.
Kandungan
Doa
1. Doa di atas mengajarkan agar hati senantiasa
bergantung kepada Allah dalam meraih manfaat dan menolak keburukan. Dan inilah
tauhid yang sebenarnya. Jika demikan, maka thiyarah yang terbersit dalam hati
seorang hamba tidak membahayakannya. Hal itu karena dia tidak mempercayainya
sehingga tetap melaksanakan rencana/niat baiknya sambil menguatkan tawakkalnya
kepada Allah dan berpaling dari selain-Nya, salah satunya dengan membaca doa di
atas.
Sesunguhnya thiyarah bisa menyebabkan kerugian dan
yang dikhawatirkan benar terjadi karena persangka buruknya. Hal itu diakibatkan
karena tidak murni dan tidak benar tawakkalnya kepada Allah, dan karena
menuruti bisikan-bisikan syetan.
2. Bahwa Allah semata yang mendatangkan kebaikan bagi
hamba dengan iradah (keinginan) dan masyi’ah (kehendak)-Nya.
Begitu juga Allah semata yang kuasa menangkal keburukan dan kesialan dari hamba
dengan kuasa dan kebaikan-Nya. Karena tidak ada kebaikan kecuali itu berasal
dari-Nya.
3.Jika ada keburukan yang menimpa hamba, maka hakikatnya
keburukan itu berasal dari-Nya, hanya saja itu disebabkan oleh tingkah laku dan
kemaksiatannya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ
اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
“Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. Al-Nisa’: 79)
4. Doa di atas mengajarkan bahwa semua kebaikan ada di
tangan Allah sehingga hanya kepada-Nya kita meminta dan bertawakkal.
[PurWD/voa-islam.com]
Komentar
Posting Komentar